JALAN MENUJU ORANG TUA SHALIH UNTUK MEMBENTUK ANAK SHALIH
Ibnu Abbas R.a berkata bahwa Rasulullah bersabda :
“Ajarlah, permudahlah dan jangan persulit! Gembirakanlah dan janganlah ditakut-takuti! Jika salah seorang dari kalian marah hendaklah berdiam diri.” (H.R Ahmad dan Bukhari)
Rasulullah adalah qudwah hasanah (contoh, suri tauladan yang baik) bagi kaum muslim. Berikut beberapa panduan yang dicontohkan Rasulullah dalam hal pendidikan anak.
1. Keteladanan
Keteladanan yang baik akan membawa kesan positif dalam jiwa anak. Kemampuan anak untuk meniru, secara sadar atau tidak, sangat besar.
Ibnu Abbas mengenang masa kecilnya, “Aku bermalam di rumah bibiku, Maimunah dan melihat Rasulullah bangun malam. Setelah berada pada sebagian malam, beliau bangun dan berwudlu ringan dengan air dari dalam kantong kulit yang digantung di dinding kamarnya. Setelah itu beliau mengerjakan shalat malam. Akupun ikut bangun dan berwudlu dari tempat air yang digunakan oleh beliau. Kemudian aku berdiri shalat di samping kiri beliau, lalu beliau memindahkanku ke samping kanannya.” (H.R Bukhari dari Ibnu Abbas)
2. Memilih waktu yang tepat untuk menasehati
Orang tua harus mampu memilih waktu yang tepat agar hati anak-anak dapat menerima dan terkesan dengan nasehatnya. Selain itu akan dapat memantapkan pemikiran mereka, meluruskan perilaku mereka yang menyimpang dan membangun kepribadian yang bersih dan sehat.
Ada tiga pilihan waktu yang dicontohkan oleh Rasulullah, yaitu :
• Saat berjalan-jalan atau di atas kendaraan
• Waktu makan
• Waktu anak sakit
3. Bersikap adil dan tidak pilih kasih
Ketidakadilan dan sikap pilih kasih orang tua terhadap anak akan menimbulkan rasa cemburu dan sifat dengki dalam jiwa anak karena merasa dirinya disisihkan.
Sabda Rasul, : Bersikaplah adil di antara anak-anak kalian dalam pemberian sebagimana kalian suka berlaku adil di antara kalian dalam kebaikan dan kelembutan. (H.R Ibnu Abid Dunya).
Menurut Imam Ahmad bin Hambal haram hukumnya mengistimewakan seorang anak di atas lainnya selagi tidak ada penyebabnya. Jika ada perkara yang mengharuskan anak diutamakan di atas saudaranya yang lain maka tidak ada halangan untuk melakukannya. Di antara penyebab yang membolehkannya adalah : adanya kebutuhan yang mendesak, karena usia, cacat, banyak tanggungan anak, kesibukan belajar, dll.
4. Memenuhi hak-hak anak
Anak yang dipenuhi dan dikabulkan hak-haknya akan memiliki sikap positif terhadap kehidupan. Ia akan belajar bahwa dalam hidup ini harus bersikap memberi dan menerima.
Termasuk di antaranya menghargai nasehat dan kebenaran walaupun dari anak kecil
5. Mendo’akan anak
Do’a merupakan rukun utama yang harus diamalkan oleh orangtua. Do’a akan semakin menghangatkan kasih sayang dan memantapkan cinta orangtua kepada anak-anaknya.
Rasulullah melarang orang tua mendo’akan buruk ke atas anak-anak mereka. Disamping menyalahi akhlak Islam juga menyalahi pola pendidkan Nabi dan keluar dari system dakwah Islamiyah.
Rasulullah SAW bersabda : Janganlah kamu berdo’a buruk ke atas dirimu, janganlah kamu berdoa buruk ke atas anak-anakmu, janganlah kamu berdoa buruk ke atas pelayanmu! Jangan sampai kamu (berdoa begitu) bertepatan dengan waktu (dimana) Allah (akan mengabulkan doa) lalu turun di dalmanya pemberian (yang kamu minta) sehingga doamu itu benar-benar terkabul. (H.R Abu Dawud)
Orang tua tidak boleh berputus asa mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya yang durhaka.
6. Membelikan mainan
Rasulullah mengakui betapa pentingnya alat-alat permainan bagi anak-anak. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memilihkan mainan, yaitu :
• Mainan itu harus mampu membangkitkan aktivitas fisik yang baik dan berguna untuk anak
• Mainan itu dapat meningkatkan daya kreativitas anak
• Mainan itu mampu mendorong anak untuk dapat meniru kebaikan perilaku dan pola pikir orang tua.
7. Membantu anak agar berbakti dan taat
Orang tua harus bersikap kondusif dan kooperatif untuk mempersiapkan anak-anaknya menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan taat kepada Allah.
Rasulullah SAW bersabda : Semoga Allah merahmati orang tua yang menolong anaknya agar berbakti kepadanya. (H.R Ibnu Hibban)
8. Tidak banyak mencela dan memaki
Rasulullah tidak suka mencaci dan mencela kelakukan anak-anak. Sebagaimana kesaksian Ibu Abbas, selama sepuluh tahun melayani Rasulullah, beliau tidak pernah mencelanya.
Orang tua juga tidak boleh mencela dan membuka aib anak di depan umum. Anak itu bagaikan anak panah dan orang tua adalah busurnya. Yakni bila orang tua suka mencela dan mengaibkan diri anaknya sesungguhnya itu seperti mengaibkan dirinya sendiri.
(Di ambil dari buku :Cara Nabi Mendidik Anak oleh Ir. Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid, terbitan Al-I’tishom Cahaya Ummat)
sosmed
-
Dalam setiap pekerjaan konstruksi, hampir selalu ditemui pekerjaan galian tanah. Misalkan saja yang paling mudah untuk dijumpai adalah dalam... -
Atap merupakan komponen wajib yang harus dimiliki oleh rumah tinggal. Ada bermacam jenis bahan yang digunakan sebagai penutup atap, yang pal... -
Untuk persiapan membangun, biasanya diperlukan perhitungan terlebih dahulu agar nantinya bisa memperkirakan biaya yang di butuhkan. Bagi mas...
